Selasa, 11 Juli 2023

TARI GAMBANG SEMARANG

 #faktamenarik

Perbedaan yang terlihat dan menjadikan keunikan dari Tari Gambang Semarang lainnya adalah penggunaan rias busana berupa jarik yang bermotif burung merak, sikap tangan linggar yang digunakan pada Tari Gambang Semarang serta penggabungan dua iringan tari Gado-Gado Semarang dan iringan Tari Denok. Ada pula bentuk tata rias rambut yang berbentuk segitiga menjulang keatas, apa ya artinya? Mari kita simak bersama ! 

SEJARAH TARI GAMBANG SEMARANG


(Gambar : https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Gambang_Semarang)



Tari Gambang Semarang karya Dewi Indah termasuk dalam tari kreasi kerakyatan yang digarap pada tahun 1999. Proses garap awal Tari Gambang Semarang ini bermula dari penelitian Dhanang Respati Puguh tahun 1999 mengenai penataan kesenian Gambang Semarang yang dimana Dewi Indah terlibat sebagai tim dari penelitian Penataan Kesenian Gambang Semarang.

Tari Gambang Semarang ini adalah tarian yang sudah ditata sedemikian rupa dan diangkat dari gerak tubuh Nyonya Sam dan Heny yang dahulunya terkenal erotis hingga menimbulkan kecemasan apabila gerakan tersebut tidak dikontrol. Heny sendiri merupakan generasi penerus dari Nyonya Ong Sam Nio atau dikenal dengan panggilan Nyonya Sam yang dahulunya hanya sebagai penikmat kemudian menjadi penerus.

Melalui penelitian tersebut ditatalah sebuah gerak tari yang indah namun tidak meninggalkan gerakan khas dari Heny yaitu ragam gerak ngeyek, ngondhek, genjot kemudian ditambahan ragam gerak tangan linggar oleh Dewi Indah serta tidak menimbulkan kesan keerotisan. Ragam gerak tangan nglinggar yaitu ujung ibu jari dan jari telunjuk disatukan membentuk lingkaran, kemudian ketiga jari yaitu jari tengah, jari manis dan jari kelingking dibuka keluar dengan posisi renggang. Linggar berasal dari kata “lingkaran” dan “tiga”. Dewi mengartikan linggar sebagai bentuk pengendalian emosi diri manusia. Makna pengendalian emosi tersebut diambil dari beberapa pentas Gambang Semarang pada zaman dahulu yang apabila tidak ditata, mampu menimbulkan efek negatif bagi penikmatnya. Tari Gambang Semarang memiliki makna berupa pengendalian diri emosi manusia.

Djelantik (1999: 21) menyebutkan bahwa bentuk adalah sebuah kumpulan titik yang apabila dikumpulkan akan tercipta sebuah pola, begitu pula tari yang tersusun dari berbagai macam gerak. Bentuk tari meliputi pola dan elemen pertunjukan. Pola pertunjukan dalam tari memiliki beberapa istilah, seperti Maju beksan, beksan dan mundur beksan. Adapula yang menggunakan istilah pola awal, pola inti dan pola akhir. Dewi mengungkapkan bahwa tidak ada pembagian pola tertentu diaganggap semua bagian tari adalah satu kesatuan yang utuh. Elemen pertunjukan menurut Maryono (2015:52-71) meliputi tema, gerak, rias dan busana, iringan, tata teknik pentas dan pelaku. Tema dari Tari Gambang Semarang adalah pergaulan dan kegembiraan. Sesuai dengan ragamragam gerak yang hadir dalam tarian, Tari Gambang Semarang ini cocok digunakan sebagai tari hiburan, Penggambaran kegembiraan dapat dilihat dari ekspresi penari serta lirik pada iringan Tari Gambang Semarang sebagai berikut:

“…sambil menyanyi, jongkok berdiri kaki melintang Aduh, sungguh jenaka waktu mereka tari berdendang Bersuka ria, gelak tertawa semua orang karena Hati tertarik, grak grik si tukang kendhang Empat penari membikin hati menjadi senang Aduh, itulah dia malam gembira, gambang semarang…”


POLA PERTUNJUKAN TARI GAMBANG SEMARANG



(Gambar: Vina Dwi Tristiani ,Restu Lanjari. ”NILAI ESTETIKA TARI GAMBANG SEMARANG PADA KOMUNITAS GAMBANG SEMARANG ART COMPANY”. JST 8 (2) (2019) JURNAL SENI TARI)

Bentuk garap Tari Gambang Semarang dengan tema pergaulan dan kegembiraan ini juga diangkat dari nilai sosial masyarakat Kota Semarang yang senang bercanda, berkumpul dan grapyak. Atmosfer atau susasana kegembiraan tarian dapat tangkap dan dirasakan oleh penonton. Tari Gambang Semarang memiliki ciri khas ragam gerak berupa ngondhek, ngeyek dan genjot serta tidak lupa pula ragam gerak linggar yang menjadi perbedaan dengan tarian Semarangan lainnya. Ngondhek adalah gerak putaran ke kanan dan ke kiri yang memiliki lintasan menyerupai angka delapan. Ngeyek adalah gerakan pinggul ke kanan dan ke kiri secara patah-patah. Genjot yaitu gerakan tubuh yang memegas ke atas dan ssecara bersamaan menggerakkan pinggul ke kanan dan ke kiri. Kemudian ragam gerak tangan linggar yaitu ujung ibu jari dan jari telunjuk disatukan membentuk lingkaran.  kemudian ketiga jari yaitu jari tengah, jari manis dan jari kelingking dibuka keluar dengan posisi renggang.

Ragam gerak lainnya yaitu menthang asta ngayuh lampah, ukel geol, sikap, lampah menthang nimbang asta, nimbang asta, sangga nampa ngayuh lampah, ngendhap, gertak, lampah ngayuh nimbang asta, ngombak, lampah ngriyak ngawe asta, linggar berputar dan heniing. Menurut penilaian mengenai aspek gerak yang ditinjau dari segi ruang, tenaga dan waktu Tari Gambang Semarang memiliki keindahan dari gerak yang dinamis, namun tidak menghilangkan kesan kenes serta sigrak yang dapat dilihat permainan tempo iringan yang digunakan.


TATA RIAS DAN BUSANA TARI GAMBANG SEMARANG



(Gambar: https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Gambang_Semarang)

Tata rias yang digunakan pada Tari Gambang Senarang meliputi tata rias wajah, yang meggunakan rias formal dengan menciptakan kesan cantik, anggun, segar dan menawan. Kesan tersebut muncul dari pemilihan warna eyeshadow yang cerah sehingga mampu membuat mata penari terlihat gembira, pemilihan blush on yang merona serta pemilihan warna lipstik merah yang mampu membuat penonton tertarik menikmati Tari Gambang Semarang.

Tata rias rambut Tari Gambang Semarang menggunakan sanggul yang berbentuk menyerupai tumpeng segitiga dan sanggul kadhal menek yang dihiasi dengan manikmanik berwarna emas, aksesories berupa ronce melati, sirkam, minthi dan tusuk cina. Dari berbagai pendukung tata rias rambut maka nilai keindahan tata rias rambut Tari Gambang Semarang merupakan gambaran keadaan geografis serta nilai filosofis yang dianut oleh masyarakat Semarang dan saling terkait antar unsurnya. Tata rias busana yang digunakan yaitu berupa kebaya encim, jarik bermotif burung merak dan pohon bambu dengan hiasan manik-manik, slepe dan tothok, sampur serta aksesoris giwang¸kalung. Penggunaan jarik bermotif burung merak dan pohon bambu memiliki makna sebagai permohonan do’a dan keagungan.

 

MUSIK TARI GAMBANG SEMARANG


(Gambar : Vina Dwi Tristiani ,Restu Lanjari. ”NILAI ESTETIKA TARI GAMBANG SEMARANG PADA KOMUNITAS GAMBANG SEMARANG ART COMPANY”. JST 8 (2) (2019) JURNAL SENI TARI)


Iringan Tari Gambang Semarang merupakan penggabungan dua iringan Gado-gado Semarang dan Empat penari. Penggabungan dua iringan dilatar belakangi bahwa kedua lagu tersebut sudah menjadi legenda dan ciri khas dari identitas Kota Semarang. Alat musik yang digunakan yaitu kendhang, boning, gambang kontra bass, gambang melodi, kecrek, demung, saron, peking, gong kempul, dizi, gu zheng, yangqin, erhu dan chong hu. Perpaduan alat musik Cina dan Jawa adalah bentuk nyata daanya akultrasi dari kedua budaya yang ada di Kota Semarang. Alat musik gamelan Jawa yang digunakan menggunakan rancakan kijingan dan bunga ceplok sebagai simbol untuk mengingatkan manusia mengenai kehidupan selanjutnya. Nada yang digunakan pada iringan adalah nada diatonis.

 

DAFTAR PUSTAKA


Vina Dwi Tristiani ,Restu Lanjari. ”NILAI ESTETIKA TARI GAMBANG SEMARANG PADA KOMUNITAS GAMBANG SEMARANG ART COMPANY”. JST 8 (2) (2019) JURNAL SENI TARI

 

LINK YOUTUBE TARI GAMBANG SEMARANG:

https://youtu.be/GUBKe8J6-XY

TARI DENOK SEMARANG

#faktamenarik

Gerak Tari Denok Semarang terinspirasi dari keadaan geologis Kota Semarang yang posisinya perbukitan, daratan tinggi, daratan rendah, dan pantai dengan gerakan-gerakan diagonal. Di beberapa daerah Kota Semarang memiliki patahan-patahan seperti yang ada di daerah Gunungpati juga dijadikan inspirasi untuk menemukan gerakan yang naik turun pada Tari Denok. Wahh keren! Yuk kita simak tentang tari Denok Semarang ! 

 

SEJARAH TARI DENOK SEMARANG

 


(Gambar : https://www.facebook.com/1181408495342664/posts/dewan-juri-festival-tari-jawa-tengah-2019-nekawarna-tari-jawa-tengah-31-agustus-/1421465368003641/)



Tari Denok merupakan jenis tarian kreasi baru yang telah di ciptakan oleh Dosen pendidikan seni tari UNNES Bapak Drs. Bintang Hanggoro Putra, M.Hum. Tari Denok berasal dari kata Denok. Denok merupakan kata sapaan gadis perempuan di Kota Semarang. Tari Denok merupakan gambaran keceriaan gadis-gadis Kota Semarang. Proses penciptaan Tari Denok dimulai pada tahun 1991 – 1995.

Pada tahun 1991 Bapak Bintang Hanggoro Putra mengadakan penelitian kemasyarakatan sebagai salah satu kewajibannya sebagai Dosen di UNNES. Topik penelitian yang diangkat adalah bagaimana bentuk tari gaya semarangan, namun setelah dilakukan penelitian, tari gaya semarangan itu sudah hilang. Hilang yang artinya tidak ada, sudah tidak meninggalkan jejak. Hilangnya tari gaya semarangan membuat Bintang Hanggoro Putra semakin tertarik untuk menggali dan menemukan tari gaya semarangan kembali.

Pemain pementasan yang tugasnya menari disebut penari. Penari Tari Denok ada empat wanita karena Tari Denok menggambarkan kegembiraan putri putri Kota Semarang. Usia Tari Denok sekitar 15-18 tahun. Tari Denok bisa ditarikan oleh segala umur penari perempuan, baik ditarikan penari putri anakanak, remaja, maupun dewasa. Kriteria penari Tari Denok yang baik ialah penari yang hafal dan memahami arti tarian, menguasai segala teknik gerak yang baik, dan bisa membawakan karakter Tari Denok yang kemayu, kenes dan lincah.

Tari Denok memiliki sisi keindahan pada bentuk pertunjukan, baik dari iringan, rias dan busana, gerak, pelaku seni, property, dan teknik tata pentas. Tari Denok dikategorikan sebagai tari putri yang manis lincah gemulai tergambar jelas pada setiap ragam geraknya. Gerak yang masih menganut ragam gerak Surakarta menjadikan Tari Denok lebih terkesan halus, meskipun ada beberapa ragam gerak baru yang menciptakan kesan lincah dan kenes. Ciri khas Tari Denok terletak pada ragam geraknya ngeyek, ngondek, jalan tapak dan geol. Ragam gerak tari ngeyek dalam Tari Denok sikapnya hampir sama dengan leyek pada ragam gerak Tari Surakarta

Mayoritas masyarakat Kota Semarang tinggal di pesisir pantai tergambarkan dalam gerak Tari Denok yang lincah dan dinamis. Keadaan geologis Kota Semarang yang posisinya perbukitan, daratan tinggi, daratan rendah, dan pantai menjadi sebuah acuan bagi Bintang Hanggoro Putra untuk menciptakan gerakangerakan yang membentuk garis diagonal. Di beberapa daerah Kota Semarang memiliki patahan-patahan seperti yang ada di daerah Gunungpati juga dijadikan inspirasi untuk menemukan gerakan yang naik turun pada Tari Denok.

Tari Denok dan Tari Semarang menjadi materi wajib untuk diajarkan di siswa dan siswi Kota Semarang.

 


POLA PERTUNJUKAN TARI DENOK SEMARANG

 


(Gambar : https://smartbrilliantartpyamp.blogspot.com/2018/03/tari-denok.html)

Pola pertunjukan Tari Denok terdiri dari bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal meliputi gerak jalan tepak seblak sampur, hormat, ngondek. Sebagai bagian awal, Gerakan tersebut merupakan gerak pendahuluan yang berfungsi sebagai gerak pembuka tari. Gerak Inti Pertunjukan Tari Denok meliputi gerak Ngeyek, Gertakan 1, Ngondek jongkok, Lampah Sesonderan, Ngeyek racik, Gertakan II ,Jalan Lembehan , Sembah , Tepuk pundhak Eyek loncat, Gertakan III. Gerakan inti tersebut merupakan gerak pokok yang mencermiinkan isi tari Denok. Bagian akhir Tari Denok ditutup dengan lembehan. Sendi dilakukan sebelum lembehan, sebagai penghubung antara gerak bagian inti ke gerak bagian akhir sebagai penutup pertunjukan Tari Denok.


TATA RIAS TARI DENOK SEMARANG

 


(Gambar: https://www.tribunnewswiki.com/2019/07/22/tari-semarangan-tari-gambang-semarang)

Nilai keindahan rias pada Tari Denok terlihat dari penggunaan jenis tata rias yang dipakai. Rias korektif sesuai dengan watak Tari Denok yang kemayu dan lincah. Rias korektif menciptakan kesan indah terlihat pada tata hubungan bagian yang dirias, yaitu penggunaan warna yang sesuai dan membaur dengan garisgaris yang jelas dan rapi. Pemilihan warna alas bedak yang sesuai dengan warna kulit penari menciptakan kesan natural, dengan pengaplikasian bedak yang rata pada wajah penari menimbulkan kesan yang mulus, bersih, dan bersinar pada wajah penari.

 

TATA BUSANA TARI DENOK SEMARANG

 


(Gambar : https://budaya.blog.unisbank.ac.id/tari-denok-semarang/)

Tari Denok merupakan tari hiburan sehingga busananya berwarna cerah dan gemerlap. Tari Denok menggunakan kebaya encim dan menggunakan sampur tari yang di ikat dengan slepe (sabuk tari). Jarik yang digunakan bermotif semarangan. Pada bagian kepala menggunakan sanggul jawa dengan dilengkapi acesories seperti uang golden, gunungan sari ayu dan bunga-bunga. Penari menggunakan aksesori kalung, gelang dan slepe emas.

Kesan mewah tergambar jelas pada aksesori yang dikenakan penari di Tari Denok. Aksesorinya berupa gelang, kalung, giwang dan gunungan sari ayu yang berwarna emas cerah yang terbuat dari kuningan tembaga ditambah dengan permata-permata imitasi yang sangat mengkilap. Sanggul jawa yang dikenakan penari menimbulkan kesan yang anggun ditambah dengan aksesori rambut yang mewah dan apik menjadikan penari terkesan cantic, elegan, anggun dan menarik.


MUSIK TARI DENOK SEMARANG

 


(Gambar : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbyogyakarta/gambang-semarang-akulturasi-budaya-dalam-seni-tradisi/)

Tari Denok merupakan salah satu tarian yang diiringi dengan musik Gambang Semarang, alat musik sebagai cirikhas Kota Semarang. Gambang Semarang diadaptasi dari Gambang Kromong khas Betawi, itu sebabnya hasil dari iringan Gambang Semarang tidak jauh berbeda dengan musik gambang Kromong. Alat musik Gambang Semarang terdiri dari balungan saron dan Demung, kendhang, kecrek, Gambang, gong, Bonang

Nilai keindahan iringan Tari Denok timbul dari keberhasilan pemusik dalam memainkan alat musik yang bervariasi keras dan lembut. Kesan dinamis, santai, dan lincah tercipta pada saat pemusik memainkan gamelan Gambang Semarang dengan keras dan menjiwai. Kendang menjadi penanda untuk gerakan tari yang beraksen. Secara Keseluruhan iringan Tari Denok terkesan santai, mudah dinikmati dan membuat pendengarnya ingin ikut menari.

 

DAFTAR PUSTAKA

Novitasari Viki, Indriyanto. “ESTETIKA PERTUNJUKAN TARI DENOK KARYA BINTANG HANGGORO PUTRA.”Jurnal Bahasa dan Seni Vol 19, No 1 (2021)

 

LINK YOUTUBE TARI DENOK SEMARANG:



https://www.youtube.com/watch?v=pZU-kV_2xbU

 

TARI KUDA LUMPING SEMARANG

#faktamenarik

Kuda Lumping merupakan sebuah pertunjukan kesenian tradisional yang menggunakan kekuatan magis dengan media utamanya berupa kuda-kudaan yang terbuat dari kulit kerbau, atau kulit sapi yang telah dikeringkan. Puncak kesenian Kuda Lumping adalah ketika para penari mabuk, mereka memakan apa saja termasuk yang berbahaya dan tidak biasa dimakan manusia (misalnya beling/pecahan kaca dan rumput) dan berperilaku seperti binatang (misalnya ular dan monyet). Bagaimana magisnya tari kuda lumping? Mari kita simak bersama ! 


SEJARAH TARI KUDA LUMPING


(Gambar : httpswww.youtube.comwatchv=2TF1gdOiw_0)



Kuda lumping atau lazim disebut jaran kepang atau pasukan berkuda yang melambangkan prajurit Raja Kelono Sewandono yang merupakan kesenian rakyat yang bersifat ritual warisan nenek moyang. Hal itu dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai kesenian primitif, yaitu sebagai sarana upacara ritual, gerakan sederhana diutamakan hentakan kaki, mengandung unsur magis/intrance, bersifat spontan, merupakan kebutuhan kelengkapan hidup (Maryaeni, 2005:87).

Dari segi pertunjukan, Kesenian Jathilan merupakan pertunjukan rakyat yang mengambarkan kelompok orang pria atau wanita sedang naik kuda dengan membawa senjata yang dipergunakan untuk latihan atau gladi perang para prajurit. Kuda yang dinaiki adalah kuda tiruan yang terbuat dari bamboo yang disebut jaran kepang atau kuda lumping. Jumlah penari Jathilan seluruhnya bisa mencapai 30-an orang, meliputi tokoh raja, prajurit, raksasa, Hanoman, penthul, dan barongan. Khusus penari utama yang membawa kuda lumping sekitar 10 orang atau 5 pasangan. Bentuk pertunjukan Jathilan diekspresikan melalui gerak tari disertai dengan properti kuda kepang dengan diiringi oleh musik gamelan sederhana seperti bendhe, gong, dan kendhang.

Jenis seni kuda lumping banyak sekali dijumpai di daerah Jawa Tengah dan DIY. Selain Jathilan terdapat nama-nama lain seperti Incling di Kulonprogo, Ogleg di Bantul, Reog di Blora, Ebeg di Kebumen, Jaranan Pitik walik di Magelang, Jelantur di Boyolali, dan sebagainya. Semua jenis kesenian kuda lumping ini pada klimaks pertunjukannya terjadi in trance (ndadi, kesurupan). 

 PROPERTI TARI KUDA LUMPING

(Gambar : httpswww.youtube.comwatchv=2TF1gdOiw_0)

Kuda Lumping merupakan sebuah pertunjukan kesenian tradisional yang menggunakan kekuatan magis dengan media utamanya berupa kuda-kudaan yang terbuat dari kulit kerbau, atau kulit sapi yang telah dikeringkan (disamak); atau terbuat dari anyaman bambu (Jawa: kepangan bambu) yang diberi motif atau hiasan dan direka seperti kuda. Kuda-kudaan itu tidak lebih berupa guntingan dari sebuah gambar kuda yang diberi tali melingkar dari kepala hingga ekornya seolah-olah ditunggangi para penari dengan cara mengikatkan talinya di bahu mereka. Puncak kesenian Kuda Lumping adalah ketika para penari mabuk, mereka memakan apa saja termasuk yang berbahaya dan tidak biasa dimakan manusia (misalnya beling/pecahan kaca dan rumput) dan berperilaku seperti binatang (misalnya ular dan monyet).


GERAK TARI KUDA LUMPING



(Gambar : httpsjateng.tribunnews.com20221128warga-di-semarang-deklarasi-dukung-ganjar-capres-2024-di-tengah-pentas-kuda-lumping-ini-alasannya)

Gerak pada Tari Kuda Lumping Pesisiran dibagi menjadi :


a.   Gerak awal

Pertunjukan Tari Kuda Lumping Pesisiran diawali penari jalan biasa dan berbaris di bagian belakang tempat pementasan lalu diikuti dengan gerak ukel kembar, yaitu kedua tangan ukel di depan pusar sambil jinjit lalu tangan kanan ukel sejajar telinga.

b.   Gerak bagian pembuka

Pada bagian ini gerak-geraknya menggambarkan seseorang yang sedang naik perahu dan bermain-main di air yang diiringi dengan lagu Prau Layar, gerak-geraknya yaitu: gerak menthang kanan kiri, gerak nyangga, gerak megolan, gerak dolanan banyu, gerak loncat geyol, gerak nyelulup, gerak mentulan, gerak mendayung, gerak pacak gulu muter dan gerak penghubung : gerak ukel seblak sampur. Penari “dagelan” mulai muncul pada bagian ini tepatnya saat penari putri melakukan gerak mentulan, penari dagelan ini juga mengisi kekosongan ruang pentas saat penari putri mengambil properti kuda-kudaan.

Bagian ini merupakan lanjutan gambaran dari bagian pembuka yaitu menggambarkan seseorang yang melanjutkan perjalanan dengan menunggangi kuda bersama dengan teman-temannya. Musik pada bagian ini tidak ada pakemnya karena lagu yang digunakan dapat diganti-ganti sesuai keadaan saat pementasan. Gerak-geraknya adalah : gerak jalan megolan, gerak jalan drap di tempat, gerak loncatan numpak jaran, gerak laku telu gajulan, gerak ngangkat jaran (lihat gambar 14), gerak kebersamaan, gerak mlaku nyamping, gerak anggukan jaran, gerak penghubung : gerak jalan tranjalan

c. Gerak Bagian

Pada bagian ini hanya berisi dua pola gerak yaitu gerak jalan megolan dan gerak jalan drap di tempat.

d.  Gerak Akhir

Gerak yang digunakan pada akhir pertunjukan merupakan gerak yang digunakan sehari-hari yaitu gerak berjalan lalu diikuti dengan berjabat tangan dengan tamu yang duduk di barisan depan. Gerak akhir ini mempunyai maksud untuk menciptakan suasana kekeluargaan antara masyarakat Dusun Suruhan dengan tamu/ wisatawan.


          RIAS TARI KUDA LUMPING

Riasan yang digunakan berupa riasan yang mempertegas garis-garis wajah dengan penebalan di alis, kelopak mata, tulang pipi dan bibir yang memberikan kesan cantik. Penari Kuda Lumping menggunakan bedak yang warnanya lebih putih atau kuning dari warna kulit wajah, untuk bagian alis menggunakan pensil alis berwarna coklat atau hitam.


      BUSANA TARI KUDA LUMPING





Rompi yang digunakan oleh penari Tari Kuda Lumping Pesisiran berwarna merah, biru, ungu dan hijau (lihat gambar 17 dan 18), pemilihan warna rompi dan sampur yang digunakan terkadang tidak sesuai. Hal tersebut dikarenakan penari menggunakan kostum seadanya yang menyebabkan warna- warna yang digunakan terkadang tidak pas. Busana yang digunakan desainnya meminjam tata busana kota, dalam hal ini adalah tata busana tari tradisi. Seperti yang diungkapkan oleh Soedarsono “Peminjaman atribut dan tata busana priyayi dan istana ini jelas mempunyai motivasi status sosial. Masyarakat desa yang sederhana berpendapat, bahwa dengan meminjam tata busana kota dan istana akan menaikkan derajat sosial seni pertunjukan mereka. Peminjaman desain tersebut terlihat pada penggunaan rompi berbahan bludru dan bermote atau payet dan juga penggunaan jamang bulu. Busana dan aksesoris yang digunakan penari Tari Kuda Lumping Pesisiran dalam pementasannya adalah sebagai berikut

Keterangan Gambar:

1.        Jamang Bulu

2.        Sumping

3.        Penetep

4.        Ikat Kepala

5.        Klat Bahu

6.        Kaos hitam berlengan Panjang

7.        Rompi

8.        Sampur

9.        Slepe

10.      Stagen

11.      Jarik

12.     Celana


MUSIK TARI KUDA LUMPING



(Gambar : httpsseputarsemarang.comtari-kuda-lumping-jathilan)


Musik tari dalam pementasan Tari Kuda Lumping Pesisiran terdiri dari dua bagian yaitu iringan musik dan vokal/ nyanyian. Iringan musik Tari Kuda Lumping Pesisiran terdiri dari kendang, bonang, bonang penerus, saron, demung dan gong (lihat gambar 19). Vokal/ nyanyian dinyanyikan oleh seorang sinden, biasanya Rajak meminta bantuan kepada kerabatnya untuk membantu mengisi vokal

AKULTURASI BUDAYA TARI KOTA SEMARANG

#faktamenarik Kesenian Gambang Semarang merupakan hasil persebaran budaya Betawi yang berasal dari Jakarta yang dibawa oleh masyarakat bet...