#faktamenarik
Kuda Lumping merupakan sebuah pertunjukan kesenian tradisional yang menggunakan kekuatan magis dengan media utamanya berupa kuda-kudaan yang terbuat dari kulit kerbau, atau kulit sapi yang telah dikeringkan. Puncak kesenian Kuda Lumping adalah ketika para penari mabuk, mereka memakan apa saja termasuk yang berbahaya dan tidak biasa dimakan manusia (misalnya beling/pecahan kaca dan rumput) dan berperilaku seperti binatang (misalnya ular dan monyet). Bagaimana magisnya tari kuda lumping? Mari kita simak bersama !
SEJARAH TARI KUDA LUMPING
Kuda lumping atau lazim
disebut jaran kepang atau pasukan berkuda yang melambangkan prajurit Raja
Kelono Sewandono yang merupakan kesenian rakyat yang bersifat ritual warisan
nenek moyang. Hal itu dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai kesenian primitif,
yaitu sebagai sarana upacara ritual, gerakan sederhana diutamakan hentakan
kaki, mengandung unsur magis/intrance, bersifat spontan, merupakan kebutuhan
kelengkapan hidup (Maryaeni, 2005:87).
Dari segi pertunjukan,
Kesenian Jathilan merupakan pertunjukan rakyat yang mengambarkan kelompok orang
pria atau wanita sedang naik kuda dengan membawa senjata yang dipergunakan
untuk latihan atau gladi perang para prajurit. Kuda yang dinaiki adalah kuda
tiruan yang terbuat dari bamboo yang disebut jaran kepang atau kuda lumping.
Jumlah penari Jathilan seluruhnya bisa mencapai 30-an orang, meliputi tokoh
raja, prajurit, raksasa, Hanoman, penthul, dan barongan. Khusus penari utama
yang membawa kuda lumping sekitar 10 orang atau 5 pasangan. Bentuk pertunjukan
Jathilan diekspresikan melalui gerak tari disertai dengan properti kuda kepang
dengan diiringi oleh musik gamelan sederhana seperti bendhe, gong, dan
kendhang.
Jenis seni kuda lumping banyak sekali dijumpai di daerah Jawa Tengah dan DIY. Selain Jathilan terdapat nama-nama lain seperti Incling di Kulonprogo, Ogleg di Bantul, Reog di Blora, Ebeg di Kebumen, Jaranan Pitik walik di Magelang, Jelantur di Boyolali, dan sebagainya. Semua jenis kesenian kuda lumping ini pada klimaks pertunjukannya terjadi in trance (ndadi, kesurupan).
PROPERTI TARI KUDA LUMPING
Kuda Lumping merupakan
sebuah pertunjukan kesenian tradisional yang menggunakan kekuatan magis dengan
media utamanya berupa kuda-kudaan yang terbuat dari kulit kerbau, atau kulit
sapi yang telah dikeringkan (disamak); atau terbuat dari anyaman bambu (Jawa:
kepangan bambu) yang diberi motif atau hiasan dan direka seperti kuda.
Kuda-kudaan itu tidak lebih berupa guntingan dari sebuah gambar kuda yang
diberi tali melingkar dari kepala hingga ekornya seolah-olah ditunggangi para
penari dengan cara mengikatkan talinya di bahu mereka. Puncak kesenian Kuda
Lumping adalah ketika para penari mabuk, mereka memakan apa saja termasuk yang
berbahaya dan tidak biasa dimakan manusia (misalnya beling/pecahan kaca dan
rumput) dan berperilaku seperti binatang (misalnya ular dan monyet).
GERAK TARI KUDA LUMPING
Gerak pada Tari Kuda Lumping
Pesisiran dibagi menjadi :
a. Gerak awal
Pertunjukan Tari Kuda Lumping Pesisiran
diawali penari jalan biasa dan berbaris
di bagian belakang tempat pementasan lalu diikuti dengan gerak ukel
kembar, yaitu kedua tangan ukel di
depan pusar sambil jinjit lalu tangan kanan ukel
sejajar telinga.
b. Gerak bagian pembuka
Pada bagian ini gerak-geraknya menggambarkan seseorang yang sedang naik perahu dan bermain-main di air yang diiringi dengan lagu Prau Layar, gerak-geraknya yaitu: gerak menthang kanan kiri, gerak nyangga, gerak megolan, gerak dolanan banyu, gerak loncat geyol, gerak nyelulup, gerak mentulan, gerak mendayung, gerak pacak gulu muter dan gerak penghubung : gerak ukel seblak sampur. Penari “dagelan” mulai muncul pada bagian ini tepatnya saat penari putri melakukan gerak mentulan, penari “dagelan” ini juga mengisi kekosongan ruang pentas saat penari putri mengambil properti kuda-kudaan.
Bagian ini merupakan lanjutan gambaran dari bagian pembuka yaitu menggambarkan seseorang yang melanjutkan perjalanan dengan menunggangi kuda bersama dengan teman-temannya. Musik pada bagian ini tidak ada pakemnya karena lagu yang digunakan dapat diganti-ganti sesuai keadaan saat pementasan. Gerak-geraknya adalah : gerak jalan megolan, gerak jalan drap di tempat, gerak loncatan numpak jaran, gerak laku telu gajulan, gerak ngangkat jaran (lihat gambar 14), gerak kebersamaan, gerak mlaku nyamping, gerak anggukan jaran, gerak penghubung : gerak jalan tranjalan
c. Gerak Bagian
Pada bagian ini hanya berisi dua pola gerak
yaitu gerak jalan megolan dan gerak jalan
drap di tempat.
d. Gerak Akhir
Gerak yang digunakan pada akhir pertunjukan merupakan gerak yang digunakan sehari-hari yaitu gerak berjalan lalu diikuti dengan berjabat tangan dengan tamu yang duduk di barisan depan. Gerak akhir ini mempunyai maksud untuk menciptakan suasana kekeluargaan antara masyarakat Dusun Suruhan dengan tamu/ wisatawan.
RIAS TARI KUDA LUMPING
BUSANA TARI KUDA LUMPING
Rompi yang digunakan oleh penari Tari Kuda Lumping Pesisiran berwarna merah, biru, ungu dan hijau (lihat gambar 17 dan 18), pemilihan warna rompi dan sampur yang digunakan terkadang tidak sesuai. Hal tersebut dikarenakan penari menggunakan kostum seadanya yang menyebabkan warna- warna yang digunakan terkadang tidak pas. Busana yang digunakan desainnya meminjam tata busana kota, dalam hal ini adalah tata busana tari tradisi. Seperti yang diungkapkan oleh Soedarsono “Peminjaman atribut dan tata busana priyayi dan istana ini jelas mempunyai motivasi status sosial. Masyarakat desa yang sederhana berpendapat, bahwa dengan meminjam tata busana kota dan istana akan menaikkan derajat sosial seni pertunjukan mereka. Peminjaman desain tersebut terlihat pada penggunaan rompi berbahan bludru dan bermote atau payet dan juga penggunaan jamang bulu. Busana dan aksesoris yang digunakan penari Tari Kuda Lumping Pesisiran dalam pementasannya adalah sebagai berikut
Keterangan Gambar:
1.
Jamang Bulu
2.
Sumping
3.
Penetep
4.
Ikat Kepala
5.
Klat
Bahu
6.
Kaos hitam berlengan Panjang
7.
Rompi
8.
Sampur
9.
Slepe
10. Stagen
11. Jarik
12. Celana
MUSIK TARI KUDA LUMPING
Musik tari dalam pementasan Tari Kuda Lumping Pesisiran terdiri dari dua bagian yaitu iringan musik dan vokal/ nyanyian. Iringan musik Tari Kuda Lumping Pesisiran terdiri dari kendang, bonang, bonang penerus, saron, demung dan gong (lihat gambar 19). Vokal/ nyanyian dinyanyikan oleh seorang sinden, biasanya Rajak meminta bantuan kepada kerabatnya untuk membantu mengisi vokal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar