Selasa, 11 Juli 2023

TARI KUDA LUMPING SEMARANG

#faktamenarik

Kuda Lumping merupakan sebuah pertunjukan kesenian tradisional yang menggunakan kekuatan magis dengan media utamanya berupa kuda-kudaan yang terbuat dari kulit kerbau, atau kulit sapi yang telah dikeringkan. Puncak kesenian Kuda Lumping adalah ketika para penari mabuk, mereka memakan apa saja termasuk yang berbahaya dan tidak biasa dimakan manusia (misalnya beling/pecahan kaca dan rumput) dan berperilaku seperti binatang (misalnya ular dan monyet). Bagaimana magisnya tari kuda lumping? Mari kita simak bersama ! 


SEJARAH TARI KUDA LUMPING


(Gambar : httpswww.youtube.comwatchv=2TF1gdOiw_0)



Kuda lumping atau lazim disebut jaran kepang atau pasukan berkuda yang melambangkan prajurit Raja Kelono Sewandono yang merupakan kesenian rakyat yang bersifat ritual warisan nenek moyang. Hal itu dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai kesenian primitif, yaitu sebagai sarana upacara ritual, gerakan sederhana diutamakan hentakan kaki, mengandung unsur magis/intrance, bersifat spontan, merupakan kebutuhan kelengkapan hidup (Maryaeni, 2005:87).

Dari segi pertunjukan, Kesenian Jathilan merupakan pertunjukan rakyat yang mengambarkan kelompok orang pria atau wanita sedang naik kuda dengan membawa senjata yang dipergunakan untuk latihan atau gladi perang para prajurit. Kuda yang dinaiki adalah kuda tiruan yang terbuat dari bamboo yang disebut jaran kepang atau kuda lumping. Jumlah penari Jathilan seluruhnya bisa mencapai 30-an orang, meliputi tokoh raja, prajurit, raksasa, Hanoman, penthul, dan barongan. Khusus penari utama yang membawa kuda lumping sekitar 10 orang atau 5 pasangan. Bentuk pertunjukan Jathilan diekspresikan melalui gerak tari disertai dengan properti kuda kepang dengan diiringi oleh musik gamelan sederhana seperti bendhe, gong, dan kendhang.

Jenis seni kuda lumping banyak sekali dijumpai di daerah Jawa Tengah dan DIY. Selain Jathilan terdapat nama-nama lain seperti Incling di Kulonprogo, Ogleg di Bantul, Reog di Blora, Ebeg di Kebumen, Jaranan Pitik walik di Magelang, Jelantur di Boyolali, dan sebagainya. Semua jenis kesenian kuda lumping ini pada klimaks pertunjukannya terjadi in trance (ndadi, kesurupan). 

 PROPERTI TARI KUDA LUMPING

(Gambar : httpswww.youtube.comwatchv=2TF1gdOiw_0)

Kuda Lumping merupakan sebuah pertunjukan kesenian tradisional yang menggunakan kekuatan magis dengan media utamanya berupa kuda-kudaan yang terbuat dari kulit kerbau, atau kulit sapi yang telah dikeringkan (disamak); atau terbuat dari anyaman bambu (Jawa: kepangan bambu) yang diberi motif atau hiasan dan direka seperti kuda. Kuda-kudaan itu tidak lebih berupa guntingan dari sebuah gambar kuda yang diberi tali melingkar dari kepala hingga ekornya seolah-olah ditunggangi para penari dengan cara mengikatkan talinya di bahu mereka. Puncak kesenian Kuda Lumping adalah ketika para penari mabuk, mereka memakan apa saja termasuk yang berbahaya dan tidak biasa dimakan manusia (misalnya beling/pecahan kaca dan rumput) dan berperilaku seperti binatang (misalnya ular dan monyet).


GERAK TARI KUDA LUMPING



(Gambar : httpsjateng.tribunnews.com20221128warga-di-semarang-deklarasi-dukung-ganjar-capres-2024-di-tengah-pentas-kuda-lumping-ini-alasannya)

Gerak pada Tari Kuda Lumping Pesisiran dibagi menjadi :


a.   Gerak awal

Pertunjukan Tari Kuda Lumping Pesisiran diawali penari jalan biasa dan berbaris di bagian belakang tempat pementasan lalu diikuti dengan gerak ukel kembar, yaitu kedua tangan ukel di depan pusar sambil jinjit lalu tangan kanan ukel sejajar telinga.

b.   Gerak bagian pembuka

Pada bagian ini gerak-geraknya menggambarkan seseorang yang sedang naik perahu dan bermain-main di air yang diiringi dengan lagu Prau Layar, gerak-geraknya yaitu: gerak menthang kanan kiri, gerak nyangga, gerak megolan, gerak dolanan banyu, gerak loncat geyol, gerak nyelulup, gerak mentulan, gerak mendayung, gerak pacak gulu muter dan gerak penghubung : gerak ukel seblak sampur. Penari “dagelan” mulai muncul pada bagian ini tepatnya saat penari putri melakukan gerak mentulan, penari dagelan ini juga mengisi kekosongan ruang pentas saat penari putri mengambil properti kuda-kudaan.

Bagian ini merupakan lanjutan gambaran dari bagian pembuka yaitu menggambarkan seseorang yang melanjutkan perjalanan dengan menunggangi kuda bersama dengan teman-temannya. Musik pada bagian ini tidak ada pakemnya karena lagu yang digunakan dapat diganti-ganti sesuai keadaan saat pementasan. Gerak-geraknya adalah : gerak jalan megolan, gerak jalan drap di tempat, gerak loncatan numpak jaran, gerak laku telu gajulan, gerak ngangkat jaran (lihat gambar 14), gerak kebersamaan, gerak mlaku nyamping, gerak anggukan jaran, gerak penghubung : gerak jalan tranjalan

c. Gerak Bagian

Pada bagian ini hanya berisi dua pola gerak yaitu gerak jalan megolan dan gerak jalan drap di tempat.

d.  Gerak Akhir

Gerak yang digunakan pada akhir pertunjukan merupakan gerak yang digunakan sehari-hari yaitu gerak berjalan lalu diikuti dengan berjabat tangan dengan tamu yang duduk di barisan depan. Gerak akhir ini mempunyai maksud untuk menciptakan suasana kekeluargaan antara masyarakat Dusun Suruhan dengan tamu/ wisatawan.


          RIAS TARI KUDA LUMPING

Riasan yang digunakan berupa riasan yang mempertegas garis-garis wajah dengan penebalan di alis, kelopak mata, tulang pipi dan bibir yang memberikan kesan cantik. Penari Kuda Lumping menggunakan bedak yang warnanya lebih putih atau kuning dari warna kulit wajah, untuk bagian alis menggunakan pensil alis berwarna coklat atau hitam.


      BUSANA TARI KUDA LUMPING





Rompi yang digunakan oleh penari Tari Kuda Lumping Pesisiran berwarna merah, biru, ungu dan hijau (lihat gambar 17 dan 18), pemilihan warna rompi dan sampur yang digunakan terkadang tidak sesuai. Hal tersebut dikarenakan penari menggunakan kostum seadanya yang menyebabkan warna- warna yang digunakan terkadang tidak pas. Busana yang digunakan desainnya meminjam tata busana kota, dalam hal ini adalah tata busana tari tradisi. Seperti yang diungkapkan oleh Soedarsono “Peminjaman atribut dan tata busana priyayi dan istana ini jelas mempunyai motivasi status sosial. Masyarakat desa yang sederhana berpendapat, bahwa dengan meminjam tata busana kota dan istana akan menaikkan derajat sosial seni pertunjukan mereka. Peminjaman desain tersebut terlihat pada penggunaan rompi berbahan bludru dan bermote atau payet dan juga penggunaan jamang bulu. Busana dan aksesoris yang digunakan penari Tari Kuda Lumping Pesisiran dalam pementasannya adalah sebagai berikut

Keterangan Gambar:

1.        Jamang Bulu

2.        Sumping

3.        Penetep

4.        Ikat Kepala

5.        Klat Bahu

6.        Kaos hitam berlengan Panjang

7.        Rompi

8.        Sampur

9.        Slepe

10.      Stagen

11.      Jarik

12.     Celana


MUSIK TARI KUDA LUMPING



(Gambar : httpsseputarsemarang.comtari-kuda-lumping-jathilan)


Musik tari dalam pementasan Tari Kuda Lumping Pesisiran terdiri dari dua bagian yaitu iringan musik dan vokal/ nyanyian. Iringan musik Tari Kuda Lumping Pesisiran terdiri dari kendang, bonang, bonang penerus, saron, demung dan gong (lihat gambar 19). Vokal/ nyanyian dinyanyikan oleh seorang sinden, biasanya Rajak meminta bantuan kepada kerabatnya untuk membantu mengisi vokal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AKULTURASI BUDAYA TARI KOTA SEMARANG

#faktamenarik Kesenian Gambang Semarang merupakan hasil persebaran budaya Betawi yang berasal dari Jakarta yang dibawa oleh masyarakat bet...