#faktamenarik
Warak adalah hewan berkulit tebal serta memakai cula. Tari Warak Dugder imajinasinya pada gerak yang ditimbulkan oleh warak ngendhog ? Apasih perbedaan warak ngendog dan warak dugder ?! Mari kita kupas bersama !
Kota
Semarang memiliki berbagai upacara adat dan tradisi budaya yang memiliki arti
penting. Semarang memiliki ciri khas budaya tersendiri, dikarenakan adanya
pengaruh dari etnis selain Jawa yaitu etnis Tionghoa dan etnis Arab, meskipun
akarnya masih merupakan budaya Jawa.
Salah
satu upacara tradisi yang dimiliki oleh Kota Semarang yaitu upacara tradisi
dugderan yang masih berlangsung sampai saat ini. Dugderan berasal dari kata
“dug” yaitu suara bedug yang dipukul dan “dher” dari suara meriam yang
dibunyikan. Tradisi dugderan merupakan tradisi menyambut datangnya bulan suci
Ramadhan, diawali dengan pasar rakyat yang digelar selama satu bulan penuh
sebelum awal bulan Ramadhan di kawasan Pasar Johar Semarang. Puncak tradisi
dugderan diakhiri dengan prosesi kirab budaya dan prosesi pemukulan bedug
disusul dengan penyulutan meriam yang dilaksanakan pada hari terakhir bulan
Sya’ban sebagai tanda dimulai bulan Ramadhan keesokan harinya.
Pada
tradisi dugderan terdapat binatang rekaan khas kota Semarang yaitu warak ngendhog.
Warak ngendhog merupakan binatang rekaan berkaki empat, berkepala seperti naga,
memiliki badan dan ekor seperti kambing, serta berleher panjang seperti unta
yang dipercaya sebagai simbol akulturasi budaya dari etnis Jawa, Tionghoa, dan
Arab. Warak adalah hewan berkulit tebal serta memakai cula. Warak ngendhog
menjadi maskot utama dalam kirab budaya dugderan setiap tahun.
Salah
satu seniman kota Semarang, Yoyok Priyambodo menciptakan tarian dengan
menggunakan properti warak ngendhog terinspirasi dari arakarakan dugderan.
Yoyok menuangkan imajinasinya pada gerak yang ditimbulkan oleh warak ngendhog
dalam bentuk tarian yang diberi nama tari Warak Dugder. Warak yang mulanya
digunakan sebagai maskot dalam arak-arakan Dugderan, diubah oleh Yoyok Priyambodo
menjadi properti tari. Tari ini ditampilkan oleh penari putra dan putri secara
berpasangan dan berkelompok
Keberadaan
tari Warak Dugder mempengaruhi khasanah kesenian khususnya seni pertunjukan
tari di Kota Semarang. Hal ini disebabkan karena tari Warak Dugder menjadi
salah satu tari khas Kota Semarang selain tari Denok dan tari Gado-Gado
Semarang yang ide penciptaannya bersumber dari musik Gambang Semarang. Tari
Warak Dugder merupakan salah satu tari yang ide penciptannya bersumber dari
tradisi dudgeran. Sejak tahun 2006, tari Warak Dugder selalu ditampilkan pada
pembukaan acara dugderan. Pada tahun 2007 tari tersebut juga dipentaskan dalam
acara Semarang Pesona Asia. Sejak saat itu tari Warak Dugder sering ditampilkan
tidak hanya pada saat Dugderan tetapi juga pada acara tertentu seperti hiburan,
peresmian kantor, gala dinner, dan sebagainya.
Yoyok
menuangkan imajinasinya terhadap warak ngendhog pada gerak yang ditimbulkan
oleh warak ngendhog yang diarak bergerak naik turun ke samping kanan dan kiri
ke dalam bentuk tarian yang diberi nama tari Warak Dugder. Tari Warak Dugder
termasuk jenis tari kreasi yang bertemakan pergaulan. Ragam gerak pada tari
Warak Dugder menggunakan gerak rampak yang dibawakan secara berkelompok dan
berpasangan oleh penari laki-laki dan perempuan. Penari laki-laki membawa
properti warak ngendhog dan manggar. Ide cerita pada tari Warak Dugder
menggambarkan keceriaan masyarakat dalam menyambut datangnya bulan suci
Ramadhan di Kota Semarang.
Tari Warak Dugder pertama kali muncul pada 17 Juli 1999 dibawakan oleh Tim Kodya Semarang pada Fetival Walisongo di Surabaya masih berupa komposisi tari. Pada bulan Agustus tahun 1999 komposisi tari Warak Dugder tersebut ditampilkan kembali di pelataran Hotel Patra Jasa Semarang. Tujuh tahun kemudian, tari Warak Dugder digarap kembali oleh Yoyok untuk ditampilkan pada acara Parade Tari Nusantara di Taman Mini Indonesia Indah tahun 2006 dan direkam oleh GNP Music (PT. Gema Nada Pertiwi). Hasil rekaman tari tersebut beredar luas dalam bentuk VCD yang dijual di pasaran.
(Gambar: https://www.kompasiana.com/diyonerlangga9498/61e9a3b74b660d746069dd32/akulturasi-saat-pandemi-dalam-pementasan-tari-manggar-warak)
Medium
atau bahan baku tari berupa gerakan-gerakan tubuh yang sering digunakan dalam
tingkah laku dan kreasi kita. Gerak yang ada pada tari Warak Dugder terdiri
dari motif gerak yang bervariasi, dilihat dari aspek ruang, waktu, dan tenaga.
Tari Warak Dugder memiliki ragam gerak yang dikelompokkan menjadi tiga bagian
yaitu bagian I (pembuka), bagian II (inti), dan bagian III (penutup). Pada
setiap bagian gerak memiliki maksud yang menggambarkan isi dari tarian, yaitu
penghormatan, keceriaan masyarakat, dan ungkapan syukur. Pijakan gerak berasal
dari tarian Jawa klasik yang sudah ada, diantaranya yaitu seblak, kebyok,
jengkeng, lenggot, laku telu, dan pacak gulu, dan lain-lain, tetapi ada juga
gerakan yang memang merupakan gerakan kreasi baru
PENARI WARAK DUGDER
Pada
sebuah karya tari, pemilihan penari sangat diperhatikan untuk menunjang
penampilan karya tari tersebut. Tari Warak Dugder disajikan oleh penari putra
dan putri, minimal empat penari putra dan empat enari putri. Empat penari putra
membawa properti Warak Ngendhog. Apabila penari putra lebih dari empat, penari
putra yang tidak membawa properti Warak Ngendhg, diganti membawa kembang
manggar.
MUSIK WARAK DUGDER
Iringan
yang digunakan dalam tari Warak Dugder adalah iringan eksternal yaitu iringan
yang dimainkan oleh orang-orang yang bukan penarinya. Iringan tari Warak Dugder
diiringi dengan gamelan Gambang Semarang yang dipadukan dengan suara rebana,
bedug, dan jidur. Beberapa bagian di dalam iringan musik tari Warak Dugder
diisi dengan syair-syair lagu Gambang Semarang.
TATA BUSANA
Kostum
yang digunakan dalam tari Warak Dugder ini merupakan gabungan dari etnis Jawa
dan Tionghoa. Penari laki-laki menggunakan iket, sorjan, celana ¾, jarik, epek
timang, sampur, boro samir, kalung, dan gelang kaki. Sedangkan penari wanita
menggunakan kebaya, jarik, slepe, sampur, sirkam, mahkota, sumpit, centhung,
bunga, gelang, anting, dan kalung.
TATA RIAS TARI WARAK DUGDER
Tata
rias yang digunakan dalam tari Warak Dugder, penari wanita menggunakan rias
cantik panggung yang lebih tebal dari penari laki-laki. Tata rias rambut penari
laki-laki ditutup dengan iket kepala, sedangkan rambut penari wanita diikat
semua ke belakang, ditekuk kemudian ditutup dengan sanggul kreasi yang
berbentuk bulat. Rambut yang sudah dipasang sanggul kemudian diberi hiasan
mahkota, sirkam, sumpit, centhung, dan hiasan bunga yang berwarna-warni sesuai
dengan kostum yang dipakai.
PROPERTI TARI WARAK DUGDER
Tari
Warak Dugder menggunakan properti untuk mendukung sajian tari ini, yaitu maskot
Warak Ngendhog yang tidak terdapat endhog atau telur di bawahnya, dan kembang
manggar yang biasanya juga terdapat pada arak-arakan dugdheran.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriasari
Dyah Paramitha, Hares Kaeksi Maharani. “Perkembangan Kesenian Warak Dugder di
Kota Semarang Melalui Apropriasi Budaya”. Jurnal Melayu Arts and Performance.
Volume 02 No 1 Hal.138-147
LINK YOUTUBE TARI WARAK DUGDER:
https://www.youtube.com/watch?v=K1NXiAtgDhY